Resital Patah Hati

Selamat datang,
di Resital Patah Hati.

Jangan harap kau akan menemukan dekorasi panggung yang ceria dengan lambu warna-warni berkilat ke sana sini. Kau juga tidak akan menemukan penari dengan baju gemerlap mengundang decak; Tidak.

Di sini, yang pentas hanya amarahmu. Bulir-bulir kecewa yang sudah menjejak jelas jadi bilur disekujur tubuhmu.
Jangan kau harap ada pengampunan, yang ada hanya suara-suara kesunyian.

Cepat;
Masih ada waktu sebelum tirai hamba buka. Jangan sekali-sekali kau menerka atas apa yang akan terjadi di hadapanmu ketika tirai sudah hamba jadikan tiada.

Berpakaianlah dengan baju kelam milikmu yang paling kelabu.
Boleh kau bawa serta dukamu yang sudah kau anggap mati di langit-langit kepalamu.
Ajak saja, mereka pasti senang.
Setelah sekian lama mereka murka diabaikan oleh pemiliknya, mereka pasti bahagia.
Mereka luka yang bahagia. Ha. Ha. Ha.

Silahkan,
Silahkan duduk, di mana pun kau mau.
Bukankah selama ini hidupmu terlalu banyak diatur ini dan itu?
Hingga kau lupa suaramu juga sama berharga dengan mereka yang telah menenggelamkannya?
Silahkan,
jangan malu-malu.

Di sini, kau sebenar-benarnya pemilik semesta atas dirimu.

Dengar…
Suruh tangisan hatimu diam jika kau ingin mendengar para orkestra kasat mata itu memainkan musik mereka.

Dengar…
Dawai-dawai luka mulai mengalunkan nada duka yang kau kenal baik.
Tabuh-tabuh sudah tertalu seiring dengan degup ragu yang sudah jadi satu dengan jantungmu.

Yang akan kau lihat nanti adalah tarianmu.
Mereka yang ada di balik tirai itu adalah hantu yang hidup dari bagian dari dirimu yang telah diam-diam bunuh diri.

Bersiaplah,
kau mungkin sudah tidak sabar melihat apa yang akan ada di balik tirai itu.
Yang warnanya hitam; pun abu-abu.
Tergantung apa yang kau mau.

Blas…

Kosong.
Panggungnya kosong.

Tunggu, tunggu.
Kalian jangan pergi dulu.

Lihat baik-baik, panggung kosong itu penuh berisi para luka yang dihidupkan lagi.
Kenangan yang tak ingin kau ingat lagi.
Kecewa yang harus kau bawa mati.
Pahit yang harus kau hadapi sendiri.

Lihat!
Panggung itu tidak pernah kosong!
Ia penuh, dengan para penari yang mementaskan luka mereka sendiri.
Lukamu. Lukaku.
Luka kita. Luka mereka.
Luka apa saja yang kasat oleh mata.
Kusut oleh nyata.

Leave a comment